Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja

Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja


CAHYOGYA.COM - Apa itu Pohon Reklame? Pohon jenis ini ternyata semakin hari semakin banyak tumbuh di Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Tumbuhan jenis lainnya yang biasa tumbuh subur berdekatan dengan pohon Reklame yaitu pohon baliho. Pohon ini sangat mudah ditemui pada berbagai lokasi pusat keramaian manusia beraktivitas. Jenis lainnya yang bisa kita temui yaitu tanaman rambat spanduk dan tanaman menempel lumut poster.



Tumbuh Suburnya Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja





Di zaman serba modern ini salah satu masalah serius yang timbul dan dikhawatirkan bisa mengganggu kelangsungan hidup manusia di bumi yaitu Pemanasan Global atau global warming, Yang disebabkan oleh semakin sedikitnya jumlah hutan/pohon akibat penebangan liar. Ditambah lagi dengan kesadaran dari manusia sendiri untuk menanam pohon juga masih kurang. Inilah suatu gambaran fenomena unik yang bisa kita lihat dimasa sekarang.

Pohon Reklame saat ini menjadi salah satu dari beberapa jenis tumbuhan yang paling cepat tumbuh dan sangat mudah ditemui pada hampir semua wilayah di Yogyakarta. Paling mudah dapat kita jumpai tumbuh sangat rimbun di kawasan Kota Yogyakarta dan beberapa wilayah di Sleman. Tanaman lain yang bisa ditemui adalah Pohon baliho, Pohon jenis ini sangat mudah ditemukan di lokasi-lokasi manusia beraktivitas maupun hanya sekedar melintas. Jenis lainnya adalah tanaman rambat spanduk dan tanaman menempel lumut poster.

Berbagai jenis tanaman tersebut saat ini tumbuh dengan tidak teratur dan dibarengi pembiaran dari pemilik lahan. Setiap jengkal tanah maupun bangunan menjadi sasaran empuk untuk tumbuh subur. Lihat saja di sekitar Jalan Kaliurang, pohon reklame dan baliho sangat tumbuh subur. Beberapa badan pohon baliho bahkan membentang di atas jalan raya. Atau tengok saja kawasan Jalan Ahmad Dahlan, tanaman spanduk dan lumut poster menjadi sampah visual yang mengotori lingkungan.

Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakaan demikian. Saya pernah mendengarkan pendapat dari seorang pemerhati budaya dan pariwisata Yogyakarta. Beliau bertanya apa yang membedakan atmosfer antara Bali dan Jogja? Ternyata yang membedakan adalah kalau di Bali atmosfer sudah terasa ketika kita memasuki Bali baik dari Bandara maupun dari penyeberangan. Kalau kita masuk ke Bali atmosfer yang langsung kita rasakan yaitu arsitektur bangunan Bali yang khas, tradisi yang masih kental. Kalau di Jogja? Ketika masuk dari Bandara Adi Sucipto maupun melalui jalan raya lewat Jalan Magelang, Jalan Solo, Jalan Wates dan Jalan Wonosari, atmosfer yang langsung terasa adalah berjajarnya pohon-pohon reklame di sepanjang jalan yang tidak tertata.

Yah begitulah, Tidak bisa kita pungkiri reklame merupakan salah satu penyumbang pendapatan daerah terbesar di Jogja. Bukankah bila hal itu dibiarkan berlarut bisa merusak bagi tata ruang kota? Memang masih terlihat sepele. Banyaknya baliho ataupun papan reklame yang berdiri angkuh tanpa ijin di berbagai tepi jalan, perempatan ataupun pertigaan jalan serta tempat srategis lain, menimbulkan pemandangan tak sedap. Dari sudut pandang etika, banyak juga reklame iklan yang jauh dari norma dan sopan santun keJogjaan.

Lihat saja di Malioboro, sepanjang jalan dipenuhi oleh reklame. Sumpek liatnya. wisatawan asing yang tertarik dengan arsitektur unik harus bersusah payah untuk bisa melihat sisi terbaik dari Apotek Kimia Farma di Depan Hotel Garuda. Padahal apotek ini merupakan Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang saat ini tertutupi oleh papan reklame.

Mungkinkah Jogja kedepan bisa berbenah mendandani reklamenya? Misal dengan menyamakan ukuran atau memberikan sentuhan jogja bagi reklame biar lebih menarik?


Baliho Memenuhi Space di Perempatan Jl Nyi Condrolukito



Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja



Baliho Di Sekitar Perempatan  Fly Over Jombor



Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja



Reklame Liar di Atas Jl. Godean




Pohon Reklame, Pohon Jenis Baru di Jogja




Sebenarnya berbagai jenis pohon tersebut juga berguna apabila bisa diatur tumbuhnya. Namun saat ini masih dibiarkan tumbuh liar sehingga menggangu ekosistem lingkungan. Adanya pengaturan secara intensif maupun pembabatan tanaman liar sejatinya harus menjadi sebuah kenyatan. Jika tata kota dan keindahan masih ingin didapatkan di Yogyakarta.

Akan sangat bagus sekali jika lahan-lahan tersebut ditanami Pohon Mahoni, Angsana, Sawo kecik atau bisa juga Beringin. Pohon tersebut bagi ekosistem akan jauh lebih bermanfaat untuk mengatasi global warming. Sebagai contoh lihat saja teduhnya Jalan Suroto Kotabaru. Suasana akan lebih sejut dan rindang. Bagi mata penduduknya pohon tersebut juga akan meneduhkan.

Sebuah harapan tentang Yogyakarta yang resikvisual dapat terwujud. Tidak hanya niatan baik saja sekarang tapi tindakan baik juga harus dimulai. Pemangku kepentingan seperti bupati walikota harus buka mata dan buka kuping terhadap aspirasi warganya. Pendapatan daerah tidak hanya berasal dari pajak reklame semata tetapi bisa dimaksimalkan dari jumlah kunjungan wisata karena keindahan daerah tersebut.

Follow Twitter @CAHYOGYACOM