Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Ojek Dengan Argometer di Jogja, dan Gojek Jakarta



CAHYOGYA.COM - Argometer yang biasa digunakan Taksi untuk menentukan tarif perjalanan ternyata mampu diaplikasikan oleh salah satu penyedia layanan ojek sepeda motor modern di Jogja. Bahkan penerapan argo di armada sepeda motor o-jack sudah sejak tahun 2010 dan diakui Museum Rekor Indonesia sebagai pelopor ojek argo di Indonesia.



Beranikah tukang ojek menggunakan Argometer sebagai salah satu standar harga jasa mereka?



Jika masalah utama dari para calon penumpang ojek adalah masalah harga atau tarif yang relatif terlalu mahal dan seenaknya tukang ojek, maka penggunaan Argometer di seluruh armada tukang ojek menjadi salah satu jalan keluar persaingan antara ojek konvensional dengan ojek online berbasis aplikasi.

Contoh nyata dari penerapan Argometer pada armada ojek sepeda motor bisa dilihat di kota kami Yogyakarta. O-jack taxi motor adalah satu dari sekian banyak ojek argo yang ada di Jogja, Saya mengambil contoh O-jack karena layanan ini diakui oleh museum rekor Indonesia sebagai perintis penggunaan Argometer pada armada sepeda motor pertama di Indonesia. Sangat mudah menemukan pengemudi O-jack di Jogja, ditandai dengan jaket berwarna kuning mencolok setiap hari mereka melayani ribuan order dari para pelanggan yang sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar.


Perbedaan Ojek Dengan Argometer di Jogja, dan Gojek Jakarta

Nadiem memang menuai banyak perhatian publik berkat ide social innovation yang dibangun melalui start up Go-jeknya, tetapi siapa sangka di Jogja ini meskipun adem ayem ternyata sudah sejak 5 tahun lalu diterapkan manajemen Ojek yang lebih transparan dan tidak pasang harga seenaknya, melainkan berdasarkan dengan Argometer yang terpasang di setiap sepeda motor layaknya Taksi. (Baca: Layanan Ojek Motor Dengan Argometer Taksi di Jogja)


Kenapa Driver Gojek Bisa Digaji Sampai 10 Juta/bulan?



Pernahkah anda berfikir bagaimana gojek bisa untung dengan tarif yang digunakannya? atau Bagaimana caranya gojek bisa membayar para drivernya hingga 10 juta per bulan seperti yang banyak diberitakan di media. Sebaiknya saya simpan dulu berbagai pertanyaan lain beserta jawaban dari pertanyaan diatas, mari simak dulu beberapa fakta berikut.

Salah satu keunggulan Gojek adalah pada kekuatan aplikasi yang ditawarkan, Aplikasi yang gojek tawarkan bisa dikatakan sebagai "jalan pintas" untuk memangkas waktu seorang tukang ojek ngetem atau menunggu pelanggan. Aplikasi gojek mampu menangkap order dari peumpang di berbagai lokasi kemudian mendistribusikan order tersebut kepada driver gojek yang paling dekat dengan penumpang. Tampilan aplikasi yang user friendly atau mudah digunakan juga menjadi daya tarik bagi calon penumpang.

Gojek adalah salah satu startup bisnis berbasis digital, dengan dukungan dana dari VC (Vendor Capitalist) meskipun kucuran dana tidak disebutkan secara pasti bisa dipastikan nilainya sangat fantastis untuk kelas di Indonesia. Sebagai perbandingan saja, grab bike salah satu pesaing dari gojek, langsung berani bersaing head to head dengan gojek, grab bike bahkan memasang tarif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan gojek, tidak lain karena grab bike didukung oleh pendanaan dari vendor capitalis.

Bisa jadi Gojek dan GrabBike unggul di aplikasi seperti saya sebutkan diatas, akan tetapi aplikasi tanpa modal sama aja bohong, gimana caranya Gojek bisa kasih ongkos kirim barang maksimal 25 kilometer hanya dengan biaya 10 ribu.

Dari beberapa kisah di media yang saya baca driver Gojek ternyata tidak dibayar sebesar dibayar oleh penumpang, berarti ada subsidi dan gojek/grab bike mensubsidi tarif mereka sendiri. Kalau tidak ada back up dana ini tidak mungkin bisa seperti itu, pada kenyataannya hanya jago di aplikasi tidak cukup, mereka harus bisa mensubsidi harga jasa mereka untuk menarik konsumen. Dengan modal yang hampir tidak terbatas itu mereka bisa melakukan apa saja, termasuk mensubsidi tarif mereka sendiri dan membayar gaji karyawan tanpa dukungan penuh dari konsumen untuk sementara waktu. (sumber: detik inet)

Bisa dilihat ternyata dana masuk dari investor sudah kelas triliun bukan milyar lagi. Gojek pasti juga dapat suntikan dana, kalo modal jago aplikasi saja, nggak bakalan bisa kasih tarif antar barang 10ribu bisa antar sampai maksimum 25 kilometer meskipun menggunakan tarif subsidi silang sekalipun.

Rahasia dari gojek bisa mendapat keuntungan kedepannya adalah karena keunggulan mereka yang bisa memangkas waktu, Just In Time Inventory salah satu strategi bisnis paling kuno untuk meningkatkan produktivitas dari pekerja mereka. Inilah kunci bisnis gojek/grab bike yang bisa menarik investor menanamkan dana ke startup mereka. Denga hanya memaksimalkan waktu kerja/waktu produktif penghasilan bisa meningkat sampai level yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, seorang tukang ojek di Indonesia bisa mendapat gaji hingga 10 juta.

Nadiem Makariem CEO gojek bukanlah seorang pemuda biasa, dia adalah lulusan Harvard bussines school salah satu sekolah bisnis terbaik di Amerika Serikat yang artinya juga merupakan sekolah bisnis terbaik di dunia. Setelah lulus dia dengan mudah bisa melamar pekerjaan di Wall Street atau perusahaan besar lainnya dengan jaminan gaji puluhan ribu dollar. Tetapi dia memilih untuk kembali ke Indonesia mendirikan startupnya sendiri.

Setelah membaca beberapa fakta diatas anda akan mengerti bagaimana marahnya tukang ojek konvensional, Ini bukan hanya soal mau atau tidaknya mereka menerima teknologi. Namun dibalik itu ada persaingan dan monopoli dari Vendor Cpitalist untuk merebut pasar. Sekali lagi, Beranikah para tukang ojek menggunakan Argometer sebagai salah satu standar harga jasa mereka?

O-jack memang belum sebesar go-jek meskipun sudah lebih dulu berdiri, manajemen mereka masih sederhana dan tanpa adanya dukungan dari Vendor Capitalist atau investor dana.Akan tetapi o-jack juga merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan di Jogja dengan tanpa menimbulkan persaingan tidak wajar antar layanan sejenis. Itulah sebab kenapa layanan serupa di Jogja bisa berjalan harmonis tanpa menimbulkan kecemburuan antar tukang ojek.

Sekarang gojek di Indonesia menjadi sebuah fenomena baru, apa yang saya lihat saat ini adalah bagaimana teknologi bisa menjadi penopang ekonomi dari suatu masyarakat, meskipun ada juga masyarakat yang dikorbankan. Perkembangan teknologi ini bisa meningkatkan penghasilan masyarakat, itulah kekuatan sebenarnya dari social innovation yang berbasis pada kekuatan teknologi digital. Tidak semata-mata pada profit perusahaan tetapi juga bagi lingkungan sekitar.Namun gojek bukanlah konsep tanpa celah kesalahan, masih banyak yang perlu mereka benahi terutama masalah sosial yang bisa mengancam keberlangsungan bisnis mereka.

Baca Juga: Inilah 6 Fitur CallJack Ojek Online Karya Anak Muda Jogja

 
Follow Twitter @CAHYOGYACOM


Post a Comment for "Perbedaan Ojek Dengan Argometer di Jogja, dan Gojek Jakarta"