Filosofi Berbeda-beda Sama Rakus Oleh Anti-Tank Yogyakarta
Table of Contents
Ilustrasi oleh : Anti-Tank
CAHYOGYACOM - Pesta demokrasi tampaknya menjadi sebuah inspirasi tersendiri bagi seorang seniman asal Yogya ini, Isu sosial yang beredar di masyarakat berhasil dia angkat dan terjemahkan melalui sebuat media seni "Berbeda beda sama rakus" itulah hasilnya. Gambar di atas adalah hasil karya Cah Yogya, Andrew Lumban Gaol dari proyek Anti-Tank yang mulai banyak beredar. Mereka menggunakan media gambar atau poster untuk menyampaikan protes sosial dan salah satunya adalah gambar yang nyentrik, "eye catching", dan kreatif ini. Gambar seekor tikus bersayap dengan semboyan "BERBEDA BEDA SAMA RAKUS" dengan dada bergambar rupiah, dollar, tengkorak, senjata tajam, dan senjata api. Gambar ini seakan menampilkan bentuk "ideologi baru" para koruptor rakus yang menggantikan Pancasila.
Latar belakang diciptakannya gambar ini adalah saat sang kreator Andrew menemukan bahwa korupsi terjadi pada tingkat kehidupan sosial yang beragam, seorang tukang parkir dapat menarik uang parkir dua kali lipat karcis parkir resmi. Ini hal yang memang lazim terjadi di negara kita, tetapi apa yang lazim seharusnya tidak pernah menjadikan hal yang salah menjadi benar. Pada sektor pemerintahan, korupsi juga sudah terjadi sampai ke MK (Mahkamah Konstitusi). Kita juga mengatahui bahwa pada departemen agama terjadi korupsi, pada partai berlabel agama terjadi korupsi, sungguh memilukan dan memalukan. Menurut data Corruption Perceptions Index (CPI) yang disediakan oleh website transparency.org, pada tahun 2012, dari 176 negara atau teritori, nilai CPI Indonesia adalah urutan yang ke 118 dengan CPI 32. Range CPI adalah 0 - 100, di mana semakin kecil CPI semakin menunjukkan tingkat korupsi yang parah. Sebagai perbandingan, 10 negara dengan tingkat korupsi terkecil pada tahun 2012 adalah (Denmark, Finlandia, New Zealand, Swedia, Singapura, Switzerland, Australia, Norwegia, Kanada, dan Belanda). Jadi kalau ingin mengaca pada negara yang paling bersih, berkacalah pada mereka.
Kita semua memang berbeda – beda. Suku, ras, bahasa, agama, jenis kelamin, pekerjaan maupun latar belakang lainnya telah membedakan kita semenjak lahir. Tapi ada satu hal yang ternyata bisa “menyatukan” kita. Bukan toleransi, bukan cinta tanah air, bukan solidaritas agama ataupun rasa saling memiliki sebagai sesama warga negara. Yang bisa menyatukan dan sepertinya menjadi citra kebanggaan yang begitu melekat di hampir semua jidat warga negara republik ini adalah kerakusan. Isu korupsi kini bukan lagi jatah milik pejabat negara, aparat hukum atau alim ulama. Korupsi dan perilaku rakus sudah menjadi kesepakatan kita dalam usaha mempertahankan diri di belantara hutan “manusia adalah serigala bagi manusia lainnya”. Kerakusan menjadi seragam kita dalam merayakan eksistensi republik ini. Merayakannya dengan menggerogoti semua aspek yang bisa dijual dalam kiloan obral murah tanah, air, udara hingga jiwa manusia. Sehingga deretan angka nominal sudah membutakan mata waras, pertumpahan darah dan penyembelihan nyawa dalam konflik – konflik vertikal maupun horizontal sudah menjadi kelaziman umum yang telah dilakukan sehari – hari seiring dengan transaksi jual beli, mulai dari transaksi di pasar emperan hingga pasar ekonomi dunia.
Di tanah ini tak ada yang tak bisa dijual, bahkan negara ini pun sudah dijual sejak gelombang massa masih tertidur manis menikmati buaian kasur mewah sumbangan Bank Dunia yang konon dibeli oleh sang Bapak Pembanguan Bangsa. Setidaknya begitulah yang disebutkan oleh sang kreator mengenai gambar Berbeda beda sama rakus ini.
Apakah ini bentuk suatu protes sosial? entahlah, kita yang konon katanya sebagai pemilik sah negeri ini sudah terlalu sering dibohongi dan dikhianati, walapun sebenarnya kami juga tahu mengatur negeri ini tidaklah semudah membalikkan telapal tangan.
Referensi: Anti-Tank Project
Update News by : @N_besar
Post a Comment