Putih Bukanlah Baju Pesta Demokrasi, Selamat Memilih Wakilmu

Table of Contents
Putih Bukanlah Baju Pesta Demokrasi, Selamat Memilih Wakilmu


CAHYOGYA.COM -  Hari dimana Pesta Demokrasi di Indonesia sudah didepan mata, tinggal besok pagi yakni Rabu, 9 April 2014 Pemilihan Umum anggota Legislatif akan dilakukan serentak di seluruh tanah air. Kita sebagai warga negara wajib ikut serta dalam pesta ini, kenakan baju pesta masing-masing tapi ingat jangan sampai salah kostum bahwasanya Putih bukanlah baju Pesta Demokrasi, jika besok anda salah kostum akan berakibat pada masa depan anda selama lima tahun.

Sejak 6 April 2014 kemarin, masa tenang Pemilu 2014 dimulai. Hiruk pikuk kampanye Pemilu 2014 dihentikan. Semua partai politik bersiap mengalihkan segenap sumber dayanya ke jutaan Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh wilayah Indonesia. Seperti diketahui bersama pesta demokrasi – demikian kerap disebut – akan digelar pada 9 April 2014.

Jutaan TPS atau bilik suara akan menjadi saksi bisu para pemilih saat mencoblos para calon legislatif pilihannya. Usai pencoblosan, giliran para saksi dari seluruh partai politik akan menjadi saksi hidup sah dan tidaknya pencoblosan berikut jumlah suara yang diraup oleh masing-masing caleg dan partai politik. Tentu, penghitungan suara sah ini akan menjadi momentum penentuan.

Betapa tidak, raihan suara masing-masing caleg akan menentukan lolos tidaknya dia ke parlemen di semua level. Kompetisi demokrasi selama beberapa bulan terakhir semuanya bermuara di TPS. Seluruh Caleg DPRD kabupaten/kota, DPRD Provinsi, hingga DPR RI akan berkhidmat mengikuti proses Pemilu 9 April nanti.

Konsentrasi para pengurus partai politik dan para caleg akan terus berlanjut hingga ke tahapan proses penghitungan suara yang dilakukan secara berjenjang. Tentu semua caleg berharap, proses ini berjalan mulus, fair, jujur, serta bebas dari tindakan manipulatif dari para penyelenggara Pemilu. Pada tahap penghitungan suara ini, pengurus Parpol dan caleg sangat mengharapkan keseriusan dan kerja keras para anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) serta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Tindakan manipulatif (baca: kecurangan) sangat mungkin terjadi di tahapan penghitungan suara. Peluang seperti itu seakan selalu menjadi momok di setiap hajatan Pemilu yang digelar lima tahun sekali. Momok yang sangat mengkhawatirkan dan langsung berdampak merugikan bagi seluruh caleg yang menjadi korbannya. Karenanya, seluruh pihak yang terlibat langsung selama Pemilu 2014 dituntut peran serta aktifnya agar peluang dan potensi kecurangan yang ada bisa dicegah dan ditangani sedini mungkin.

Cegah manipulasi penghitungan suara

Di luar ketakutan akan adanya tindakan manipulatif dalam proses penghitungan suara, semua pihak tentu menginginkan agar pesta demokrasi 2014 ini berjalan sesuai dengan harapan. Tindakan manipulatif dalam proses penghitungan suara pemilih di setiap jenjang dipastikan akan mencederai esensi demokrasi itu sendiri. Karenanya diperlukan aksi politik (political action) untuk menolaknya. Sebab, jika aksi manipulatif semacam itu dibiarkan, maka itu sama saja dengan membukakan pintu korupsi bagi siapapun yang terlibat di dalamnya.

Dalam artikelnya berjudul Politik Transaksional (Republika, 27 Maret 2014), Iksan Basoeky menyatakan, politik transaksional sejatinya sangat mencederai orientasi agung dari proses demokrasi di mana gagasan demokrasi berlangsung sejatinya ingin menghindari praktik jual beli suara konstituen. Semua pihak yang terlibat Pemilu pastilah menyadari, transaksi politik sepanjang penghitungan suara bisa terjadi. Bila tak diawasi, tentu akan ada sejumlah pihak yang merugi.

Bagi saya, suara dari masing-masing pemilih kepada caleg yang dicoblosnya merupakan sebentuk amanah yang sarat makna. Coblosan dari para konstituen akan ikut menentukan wajah parlemen kita lima tahun ke depan. Tak berlebihan kiranya jika disebut bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan (vox populi vox Dei).

Menilik sakralnya suara dari para pemilih, muncul pertanyaan: pantaskah suara rakyat itu dimanipulasi oleh sekelompok orang untuk memenangkan caleg tertentu? Pantaskah pula penghitungan suara pemilih kemudian ditransaksikan demi keuntungan sejumlah pihak?

Jawabannya tentu tidak pantas. Sudah selayaknya kita menyadari, cita-cita perbaikan bangsa ini harus steril dari praktik-praktik politik yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Bila orientasi profit ini diberi ruang, maka hal itu hanya akan melahirkan para wakil rakyat berpikir pragmatis yang senantiasa selalu ingin mengejar uang dan kekuasaan sementara program bagi pertumbuhan kesejahteraan rakyat terlupakan seiring digenggamnya kekuasaan.

Politik transaksional, pada kesimpulannya hanya akan melahirkan para politisi nakal dan bebal. Bebal terhadap persoalan masyarakat, tak hirau lagi terhadap aspirasi, dan buntutnya lupa kepada Dapil. Sebagai pemilik suara, Anda tentu tidak ingin dilupakan oleh wakil rakyatnya bukan?

Kenali Caleg


Di tengah skeptisisme atau keraguan publik terhadap kualitas sebagian wakil rakyat periode sebelumnya,kini masyarakat dihadapkan kembali dengan kondisi lima tahun yang lalu, kebanyakan  masyarakat trauma dan enggan memilih, hadirnya para publik figure di bursa calon legislatif juga menambah semarak pesta demokrasi tahun ini. Harus diakui,sebagian masyarakat kita memberi pandangan sinis kepada mereka yang terjun ke politik praktis. Namun, sinisme seperti itu sebenarnya bisa ditepis dengan menyodorkan kualitas diri yang bisa dinilai langsung oleh publik pemilih. Di luar kualitas, kita juga bisa melihat rekam jejak seorang Caleg. Melihat rekam jejak ini tak ubahnya melihat bibit, bobot, dan bebet seorang calon pasangan hidup.

Seperti yang pernah ditegaskan Bung Hatta, demokrasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya rasa tanggung jawab. Bila terpilih, sudah tentu mereka harus bertanggung jawab atas amanah yang diberikana. Di sini, seorang politisi wajib memahami pentingnya praktik politik yang bermoral dan beretika. Tepat sekali kiranya pendapat Joko Wahyono yang menyatakan, jika seorang penggenggam kekuasaan tidak mampu menaklukkannya di bawah bimbingan etika, kesadaran nurani dan akal budi, ia akan terbutakan olehnya (Koran Jakarta, 22 Februari 2014).

Berangkat dari serangkaian pemaparan saya di atas, kiranya sidang pembaca sudah bisa menentukan siapa Caleg yang akan Anda pilih pada 9 April 2014 nanti. Pilihan Anda semua akan ikut mengubah wajah parlemen kita mendatang. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan untuk memilih ini. Kita semua tentu berharap, nantinya ada politisi muda yang mau bekerja nyata untuk bangsa dan rakyat yang diwakilinya. Selamat mencoblos.
Referensi: http://politik.kompasiana.com/2014/04/08/selamat-mencoblos--645772.html

Update News By : @N_besar 

 

2 comments

Comment Author Avatar
April 8, 2014 at 6:35 PM Delete
wah..
saya gak ikut pemilu nih...
terjebak d kosan
Comment Author Avatar
April 8, 2014 at 6:45 PM Delete
Hiks Hiks Hiks Saya masih belum cukup Umur