Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jogja Gunakan Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia Untuk Atasi DBD


CAHYOGYA.COM - Perkembangan kasus demam berdarah yang disebarkan melalui nyamuk Aedes Aegypti di Indonesia ternyata semakin hari semakin meningkat, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan foging dan mengkampanyekan gerakan 3M. Selain itu adakah upaya lain yang bisa kita lakukan?



Tahukah Anda?, Sebelum Kenyang Nyamuk Aedes Aegypti Perlu Menghisap 6-8 Orang Berbeda





Sebagai masyarakat Indonesia kita tentu sudah familiar betul dengan berbagai kampanye dan slogan-slogan tentang pencegahan demam berdarah yang disampaikan oleh pemerintah melalui dinas kesehatan. Ya, setidaknya saya yang sewaktu kecil suka buang sampah dan blusukan ke tempat-tempat terpencil kini sudah mulai sadar pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari nyamuk aedes aegypti.


Jogja Kota Pertama Pengguna Wolbachia Untuk Pencegahan Demam Berdarah

Bicara masalah Demam Berdarah Dengue saya jadi teringat campaign pemerintah, dari saya masih sekolah dasar (SD) sampai saat ini. Untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran wabah demam berdarah dengue atau DBD caranya masih terbilang sama. Yaitu perlu dilakukan usaha berupa 3M :

  • 1. Menguras, Menguras bak-bak penampungan air
  • 2. Mengubur, Mengubur kaleng-kaleng bekas serta
  • 3. Menutup. Menutup bak-bak penampungan air.

Yang menjadi pertanyaan adalah, masihkah cara tersebut efektif dilakukan? dan adakah cara yang lebih efektif untuk mengurangi kasus DBD di Indonesia saat ini?. Mengingat pola hidup dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak cukup peduli dalam menjaga lingkungan. Bayangkan saja jika kita selama ini sudah melakukan gerakan 3M tetapi pada kenyataannya nyamuk aedes aegypti ini masih bisa berkembang luas, bahkan kasus DBD di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2011.

Salah satu penyebab meningkatnya kasus demam berdarah dengue dari tahun ke tahun menurut saya yaitu, karena kita hanya fokus pada 3M dengan penampungan air, kaleng dan botol bekas, serta kebersihan lingkungan secara makro. Padahal nyamuk aedes aegypti ini bisa berkembang hanya dari hal-hal kecil, misalnya hanya dari beberapa mililiter air yang tertahan di pelepah pohon pisang ataupun sisa air hujan yang secara kebetulan ada pada penutup botol bekas air mineral sekalipun. Terkadang kita lupa memperhatikan sampai sedetail itu.

Perlu kita tahu juga, ternyata nyamuk aedes aegypti bukanlah jenis nyamuk yang berbahaya! Nyamuk aedes aegypti baru akan berbahaya dan menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) hanya jika setelah nyamuk tersebut menggigit penderita DBD. Kemudian nyamuk tersebut kembali menggigit orang yang sehat, maka itu akan menjadi masalah dengan menularnya penyakit demam berdarah dengue dari penderita DBD ke orang lain melalui perantara gigitan nyamuk aedes aegypti.

Awal bulan Desember lalu, tepatnya pada tanggal 1 Desember 2015 saya dan teman-teman dari Komunitas Blogger Jogja mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Insektarium DB di kawasan Sekip kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tempat penelitian yang dikelola oleh Fakultas Kedokteran UGM ini merupakan satu-satunya lokasi pengembangan bakteri Wolbachia pada nyamuk Aedes Aegypti sebagai salah satu cara modern mengatasi penyebaran wabah demam berdarah dengue di Indonesia.

Saat saya datang acara sedang diisi oleh sambutan mbak Rian selaku perwakilan dari Komunitas Blogger Jogja, kemudian dilanjutkan dengan presentasi tentang apa itu Eliminate Dengue Project (EDP) oleh Ibu Bekti Dwi Andari, MA. sebagai salah satu staf di Eliminate Dengue Project Yogyakarta. Sekedar informasi, EDP ini merupakan sebuah lembaga non profit yang bergerak di 7 negara untuk membasmi demam berdarah dengue, salah satunya ada di Indonesia yang bekerja sama dengan Pemda Yogyakarta dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Di lab Insektarium DB ini kita bisa melihat bagaimana cara berternak nyamuk dan memberi makan nyamuk. Sangat unik memang, nyamuk yang biasanya saya hindari dengan berbagai macam jenis obat nyamuk, ternyata disini malah di kembang-biakkan dan dikasih makan juga. Buat anda yang penasaran bagaimana cara memberi makan nyamuk aedes aegypti, Ini adalah beberapa foto saat proses pememberian makan nyamuk di lab insektarium DB UGM Yogyakarta.


berternak nyamuk dan memberi makan nyamuk.


berternak nyamuk dan memberi makan nyamuk.  2


berternak nyamuk dan memberi makan nyamuk. 3



Proses pemberian makan nyamuk aedes aegypti dIlakukan oleh staf EDP satu minggu sekali, tampak bekas gigitan namun tidak menyebabkan penyakit Demam Berdarah.


Nyamuk ber-Wolbachia, Alternatif Pencegahan Wabah Demam Berdarah Secara Alami 



Ada yang tau apa itu Wolbachia?, Wolbachia merupakan suatu bakteri alami yang biasa ditemukan pada lalat buah dan nyamuk biasa, namun Wolbachia tidak ditemukan pada nyamuk jenis Aedes Aegypti, Itulah alasan kenapa nyamuk biasa yang menggigit penderita demam berdarah dengue tidak bisa menularkan penyakit DBD kepada orang lain. Penelitian tentang wolbachia ini dilakukan oleh seorang dokter di Australia sejak tahun 1920, kini setelah melalui berbagai tahapan penelitian selama puluhan tahun dan uji coba di Australia. Teknologi ini mulai dikembangkan di 7 negara termasuk di Indonesia yang dilakukan di Jogja.

Cara penggunaan wolbachia sebagai pencegah penularan wabah DBD yaitu dengan melakukan rekayasa genetika penambahan bakteri wolbachia pada telur nyamuk aedes aegypti. Jadi nyamuk jenis aedes aegypti yang secara alami tidak memiliki bakteri wolbachia pada rekayasa ini akan menghasilkan nyamuk jenis aedes aegypti yang memiliki bakteri wolbachia layaknya nyamuk biasa. Sehingga tidak bisa menularkan virus dengue penyebab wabah DBD.

"Apakah nyamuk aedes aegypti jenis baru tersebut aman?." Pertanyaan tersebut disampaikan oleh salah satu peserta diskusi. Menurut Ibu Bekti, meskipun jenis nyamuk aedes aegypti tersebut telah di rekayasa dengan memasukkan Wolbachia, sifat dasar nyamuk dan dari segi morfologi (bentuk fisik) tidak akan berubah, pada intinya hasil penambahan wolbachia ke nyamuk aedes aegypti tersebut seperti penambahan imun pada manusia. Tentunya nyamuk tidak akan menjadi mutan seperti dalam film sci-fi :)).

Setelah telur berhasil menetas dan menjadi nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia, nyamuk ini dipelihara dan diberi makan sampai siap kawin sebelum nantinya akan dilepas ke lingkungan. Nyamuk Aedes Aegypti ber-wolbachia tersebut akan kawin dan berkembang biak secara luas dengan nyamuk-nyamuk lain yang tidak mengandung bakteri wolbachia. Hasil dari perkembangbiakan tersebut akan menghasilkan keturunan nyamuk-nyamuk aedes aegypti baru yang secara alami mengandung bakteri wolbachia.

Eliminate Dengue Project Yogyakarta


audiensi EDP dengan sultan


Sebagai lembaga non profit di dunia dana dari penelitian ini disupport oleh yayasan milik Bill dan Melinda Gates, sedangkan di Indonesia EDP Yogya ini disuport oleh Yayasan Tahija, sebuah organisasi di Jakarta yang mendanai proyek ini sejak tahun 2013. Yayasan Tahija bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran UGM berkomitmen untuk membasmi penyebaran Demam Berdarah Dengue di kawasan Yogyakarta.

Menurut Ibu Bekti Dwi Andari, MA, Yogyakarta dipilih sebagai satu-satunya lokasi penelitian nyamuk Aedes Aegypti ber-wolbachia di Indonesia karena dinilai memiliki karakteristik perkembangan wabah DBD yang cukup tinggi. Pada penelitian yang sudah dilakukan di dua kabupaten yakni Desa Singosaren di Kabupaten Bantul dan Daerah Gamping di Kabupaten Sleman sejak tahun 2014 ini juga diklaim memiliki hasil yang cukup baik.

Dari dua daerah tersebut, awalnya dilakukan pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia, kemudian setiap satu minggu sekali dilakukan pemantauan jumlah nyamuk yang sudah mengandung bakteri wolbachia sampai rentang waktu 12 bulan. Dari hasil pemantauan tersebut diperoleh hasil 80-90% nyamuk di kedua daerah tersebut sudah mengandung bakteri wolbachia dalam waktu satu tahun.

Dengan munculnya penerapan wolbachia ini, menjadi salah satu alternatif untuk mencegah penyebaran DBD di Indonesia, Disamping itu tentu saja kita harus tetap melakukan gerakan pencegahan yang selama ini sudah kita lakukan, yakni 3M Mengubur, Menutup dan Menguras serta tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Saat ini Eliminate Dengue Project Yogyakarta yang bekerja sama dengan FK UGM dan Pemerintah Daerah sedang menuju ke tahap berikutnya yaitu melakukan sosialisasi dan pelepasan nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia dengan skala yang lebih luas. Hal itu sangat perlu dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue di Yogyakarta dan di Indonesia. Tentu saja yang kita harapkan dengan semakin kecilnya peluang penyebaran DBD maka semakin kecil pula angka potensi kematian akibat wabah Demam Berdarah Dengue.


Foto & brosur by: www.eliminatedengue.or.id
Follow Twitter @CAHYOGYACOM

Artikel ini adalah artikel pertama cahyogya.com yang pernah saya ikutkan dalam lomba dan berhasil mendapatkan Juara 2 Lomba Blog yang diselenggarakan oleh Eliminate Dengue Project Yogyakarta.