Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Sleman Fans Suporter Fenomenal Dari Jogja



CAHYOGYA.COM - Dalam laman Jakarta Globe Blogs (JG Blogs) dimuat satu tulisan yang membuat saya tertarik untuk membaca isinya. Tulisan itu ditulis oleh Antony Sutton, seorang blogger yang dalam profilnya disebutkan sebagai seorang fans Arsenal yang ingin meng-capture keindahan sepakbola di Asia Tenggara. Tulisan itu berbicara mengenai Brigata Curva Sud, kelompok supporter sepak bola pendukung tim dari kota kecil di Yogyakarta, PSS Sleman. Baginya, Brigata Curva Sud (BCS) adalah hal yang baru pertama kali dia temui di tengah-tengah citra buruk supporter Indonesia. Dengan semangat khas ultras yang dibawanya, BCS mewarnai tribun selatan Stadion Maguwoharjo ketika PSS Sleman bertanding.




Saya jadi ingin menulis sesuatu tentang BCS. Jika selama ini Sleman identik dengan Slemania, yang pernah menjadi supporter terbaik di Indonesia, maka kemapanan itu mulai diusik dengan keberadaan BCS. Apakah Slemania pecah? tidak! Slemania tetaplah Slemania yang dulu dengan nama besarnya. Inilah Brigata Curva Sud (Barigade Tribun Selatan dalam bahasa Indonesia) supporter super ELJA PSS Sleman adik dari Slemania yang berdiri justru disaat PSS berada di kasta kedua yang jarang nongol di Televisi apalagi mendapat jatah siaran langsung lewat televisi. Anggota mereka juga tidak semua orang asli dari Sleman, para mahasiswa yang kuliah di Jogja pun banyak yang menjadi anggota dari mereka yang artinya PSS dicintai bukan hanya dari orang pribumi. Apa yang membedakan BCS dengan supporter lain di Indonesia?



Brigata Curva Sud tidak mengenal struktur kepengurusan dan juga pemimpin seperti dalam mottonya "No Leader Just Together", hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam setiap pengambilan keputusan dan melaksanakan kebijakan yang telah disepakati. Tanpa kepengurusan, BCS bukan berarti liar tak terkendali. BCS mempunyai cara sendiri untuk menjaga etika dalam memberikan dukungan kepada klub PSS Sleman. Brigata Curva Sud terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan puluhan hingga ratusan, dalam kelompok-kelompok tersebut diorganisir oleh satu koordinator yang telah ditunjuk oleh kelompoknya. Dalam mengambil kebijakan, koordinator-koordinator komunitas tersebut berkumpul untuk membahas persoalan yang ada sehingga mencapai kesepakatan bersama. Setelah mendapat kesepakatan, koordinator menyampaikannya ke anggota komunitasnya. Selain itu, Brigata Curva Sud juga sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan kekeluargaan.

Selain anggota Brigata Curva Sud yang mayoritas adalah kaum laki-laki, terdapat pula pendukung perempuan yang tergabung dalam subgrup dengan sebutan Ladies Curva Sud atau disingkat LCS. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari pelajar, mahasiswi, wanita karir, hingga ibu rumah tangga sekalipun. Berikut berbagai keunikan dari BCS yang jarang kita temui dalam suporter sepakbola di Indonesia.




Koreo Atraktif

Ini yang sangat luar biasa menurut saya yang jarang saya temui dari suporter sepakbola di Indonesia. Koreografi dari BCS sangat rapi dan terbilang rumit. Atraksi ini yang banyak mengundang decak kagum rasa merinding dan senyum lebar dari penonton.



Chants


Chants mereka terbilang unik. Chants mereka berbahasa Indonesia, Inggris dan Italy. Lagu mereka juga jarang ditemui di Indonesia yang rata rata chants nya sama hanya diganti liriknya. Mereka juga tidak pernah mengejek supporter lain atau pun lawan hanya fokus mendukung PSS. Ini seperti anomali supporter Indonesia yang lain kadang lucunya mereka mengintimidasi kelompok supporter lain yang bukan lawan saat pertandingan tersebut. Mereka juga bernyanyi lantang 90 menit ++ tanpa henti.




Rules di dalam Stadion

Anggota BCS wajib memakai sepatu didalam stadion tidak diperkenankan memakai helm dan sangat tidak diperkenankan melempar botol di dalam lapangan serta wajib menghargai perbedaan gender tidak boleh melecehkan perempuan . Mereka juga sebagian besar memakai kaos hitam .




Membantu Keuangan Club

BCS membantu keuangan club dengan wajib membeli ticket pertandingan dan juga menjual merchant di Curva Sud Shop untuk PSS. Ini menjadikan PSS salah satu tim yang paling sehat financial, lihatlah bagaimana tim kecil kasta kedua namun mempunyai squad yang mengkilap tanpa ada tunggakan gaji.




Wall of Dead and Red Flare Party

Mereka rata rata adalah anak Hardcore, metal, screamo atau kita sebut underground. Hal ini yang membuat salah satu atraksi dari BCS diatas tribun. Mereka mengosongkan tribun membagi menjadi dua kubu lalu bersatu kembali seperti di konser konser metal. Atraksi ini kerap dibarengi dengan chants “Forza Sleman” yang berbahasa Italy. Merekapun sering melakukan red flare party besar besaran seusai pertandingan.



Inilah yang membuat BCS menjadi supporter yang berkelas di Indonesia. Bukan hanya kreatif namun mereka juga benar benar mendukung tim dari segala aspek. Dan hasilnya tim mudah mencari sponsor dan tentu saja sehat secara financial. Suatu kejadian yang saya alami ketika melihat seorang anak berpamitan dengan ayahnya ke stadion Sleman ayahnya pun berkata “Yang Semangat Le..” ditengah tengah orang tua yang takut untuk melepas anaknya kestadion.  Jika ingin berjumpa dengan BCS silahkan datang sendiri ke Stadion PSS Sleman dan rasakan sensasinya. Merinding, salut, bangga dan senyum lebar itu yang saya rasakan. Mereka juga sudah mecatatkan namanya sebagai supporter Ultras no 4 didunia mingguan. Mungin jika ini di blow up media para politisi yang berkampanye di sepak bola akan meredup karena semangat sepak bola yang hakiki, so siapa media nasional yang berani memblow up semangat ini? Are u ready ?


Baca Juga:

123 Fakta Menarik Tentang Mahasiswa Jogja




Mak Lampir Dan Pasar Setan Gunung Merapi Itu Nyata


Update News By : Helmy Nawan

Incoming search terms:

  • Brigata Curva Sud
  • BCS
  • Chant suporter BCS
  • PSS seleman

Post a Comment for "Kisah Sleman Fans Suporter Fenomenal Dari Jogja"