Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berapa Sih Omset Pedagang Souvenir di Jalan Malioboro Jogja?


CAHYOGYA.COM - Masih tersisa rasa heran dan penasaran, ketika saya ngobrol dengan salah satu penjual souvenir khas Jogja di Jalan Malioboro. Bagaimana mereka bisa bertahan dengan harga sewa lapak yang begitu tinggi, apakah omset mereka cukup untuk membayar sewa lapak dan kebutuhan sehari-hari?



Pedagang Souvenir Khas Jogja di Jalan Malioboro



"Pedagang souvenir merupakan salah satu bagian terpenting dari sebuah pariwisata, Keberadaan mereka menjadi bukti nyata kota tersebut layak untuk dikunjungi". - cahyogya.com 


Jalan Malioboro yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia menjadi salah satu perhatian saya ketika bicara tentang kota Jogja. Entah sudah berapa ratus kali saya melintasi jalan ini, yang jelas di jalan yang panjangnya tidak lebih dari 5 Kilometer ini bergantung nasib ribuan orang, mulai dari pejabat daerah yang berkepentingan, petugas keamanan, juru parkir, penjual makanan, pedagang asongan, penjual souvenir dan masih banyak lagi.

Peran mereka inilah yang selama puluhan tahun menjaga Jalan Malioboro tetap menjadi Jalan Malioboro yang iconik, dan tidak pernah surut akan wisatawan.

Pada artikel kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang Jalan Malioboro Jogja. Bukan tentang sejarah ataupun pernak-pernik yang ditawarkan di Kawasan ini, melainkan tentang salah satu bagian penting yang membuat Jogja bisa dikenal luas seperti sekarang. Mereka adalah para pedagang souvenir khas Jogja.

Berapa Sih Omset Pedagang Souvenir di Jalan Malioboro Jogja?

Ya, pedagang souvenir. Selain mencari nafkah sehari-hari mereka juga "bekerja" untuk pariwisata Jogja, makna bekerja dalam hal ini tentu saja berbeda dengan peran pejabat dinas pariwisata, mereka bukan PNS atau pejabat daerah, akan tetapi peran mereka tidak kalah besar.

Semalam saya sedikit bincang-bincang dengan salah satu pelapak emperan penjual souvenir khas Jogja di Jalan Malioboro. Ramah tamah dan ngobrol ngalor ngidul khas orang Jogja, dan terakhir saya tanya kepada mas-mas penjual tersebut.

Saya: Mas berapa sih sewa lapak di sini?

Penjual: Wah macem-macem mas tergantung lokasi. Tapi deretan lapak saya ini yang paling mahal.

Saya: Kalo boleh tau perbulan berapa mas? atau pertahun?

Penjual: kalau saya ini 50 juta SETAHUN mas

Saya: (what?? 50 juta?? Padahal lapaknya cuma sekitar 1x2 meter. Dan dia jualan gantungan kunci, blangkon, dan gelang-gelang khas jogja) emang nutup ya mas omsetnya? Kalo boleh tahu rata-rata brapa omsetnya mas?

Penjual: Ya, alhamdulillah nutut mas bahkan lebih-lebih. Gak pasti sih mas kalo sepi cuma dapat 5 juta. Kalo rame bisa 15 juta.

Saya: 5 juta dan 15 juta itu dalam brapa hari mas??

Penjual: semalam saja mas.


Dan saya pun tercengang, rasa heran dan penasaran masih terbayang dikepala sampai saat ini. Saya yang memang asli Jogja sebenarnya udah nggak heran lagi dengan keramaian Jalan Malioboro, selama ini saya pikir hanya pemain-pemain besar (toko,mall) saja yang meraup omset puluhan juta di Jalan Malioboro. Ternyata para pedagang kecil pun juga kebagian rejeki yang tidak sedikit dari Jalan ini.


Foto by Flickr : https://www.flickr.com/photos/ibils/
Follow Twitter @CAHYOGYACOM