Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Wisata Goa di Pangandaran, Berpetualang Sambil Belajar Sejarah



CAHYOGYA.COM - Sambil bertualang, sambil belajar sejarah. Kedua hal ini bisa Anda dapatkan dengan menjelajahi goa di Pangandaran. Kabupaten Pangandaran memang identik dengan wisata pantainya. Namun, ada tempat berpetualang baru bagi para traveler, yakni goa di Pangandaran yang dikenal juga karena terdapat jejak manusia purba zaman pra sejarah.


Beberapa goa di Pangandaran dibuka untuk umum. Ada sejumlah goa yang kemudian menarik minat para peneliti di bidang arkeologi. Para peneliti ini datang untuk meneliti jejak manusia purba lewat penemuan fosil-fosil yang ditemukan di goa tersebut.

Seperti dilansir media online lokal Pangandaran, fosil manusia purba salah satunya ditemukan di kawasan Objek Wisata Goa Sutrareregan, lokasinya di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan tim arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten pada tahun 2017, beberapa benda yang ditemukan di goa tersebut diduga berasal dari zaman mesolitikum.

Fosil manusia purba dari zaman pra sejarah tersebut ditemukan di Goa Sutrareregan, Goa Panggung, dan juga Goa Peteng. Ketiga goa tersebut masuk dalam kawasan Objek Wisata Goa Sutrareregan.

Karena itu, jika Anda menjelajahi goa ini maka Anda akan berada di lokasi dimana ditemukan beberapa peninggalan manusia purba. Diantaranya, gerabah purba, gigi gajah purba, dan juga tulang vertebrata. Selain itu, ada juga parkakas berburu manusia purba yang terbuat dari batu rijang. Benda-benda purbakala tersebut ditemukan setelah pengkajian permukaan tanah di sekitar Goa Sutraregen.


Sejumlah penemuan benda-benda kuno yang terbuat dari batu berjenis gerabah dan perkakas di beberapa goa yang ada di wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, tersebut membuat para arkeolog meyakini jika di kawasan goa di Pangandaran tersebut dulunya pernah dihuni oleh manusia purba atau manusia pada zaman pra sejarah.

Untuk menuju ke kawasan Goa Sutrareregan Anda bisa datang ke Desa Selasari, Kecamatan Parigi. Goa ini terletak di dasar lembah dari sebuah bukit yang terdapat di Desa Selasari, Kecamatan Parigi. Goa Sutraregen memiliki ketinggian sekitar 20 meter dengan panjang gua 100 meter, sementara lebar goa ini mencapai 9 meter.

Para penjelajah yang datang ke Goa Sutraregen akan disuguhi relief alam yang terbentuk dari stalagtit dan stalamit. Selain itu, pengunjung goa juga akan menemukan sungai kecil yang mengalir di bagian depan Goa. Beberapa penelitian menunjukkan sungai tersebut merupakan sumber mata air manusia purba yang tinggal di sekitar goa. Semenatara pada ujung goa, para pengunjung juga akan menemukan semak-semak tanaman rimba yang makin menguatkan keberadaan manusia purba dari zaman pra sejarah.

Selesai menjelajahi Goa Sutraregen, pada ujung goa terdapat Goa Panggung. Goa Panggung ini jaraknya sekita 20 meter dari pintu keluar Gua Sutrareregan. Tinggi Goa Panggung sekitar 15 meter, dengan panjang 100 meter dan leber 12 meter.

Goa Panggung ini memiliki ciri khas, yakni hamparan batu menyerupai ‘panggung pertunjukkan’ yang terbentuk dari stalagtit dan stalamit. Karena hamparan batu tersebut, maka gua ini pun dinamakan goa Panggung.

Ciri khas lainnya dari Goa Panggung, ada pada dinding bebatuannya yang cukup keras. Kekerasannya mirip batu rijang yang biasa digunakan oleh manusia zaman pra sejarah untuk membuat perkakas.

Lepas dari Goa Panggung, para pengunjung akan disuguhi keindahan Goa Peteng yang lokasinya sekitar 50 meter dari Goa Panggung. Goa Peteng memiliki ketinggian kurang lebih 15 meter, panjang 100 meter, sementara lebarnya 12 meter.

Karakteristik dari Goa Peteng ini adalah keberadaan aliran air yang masuk ke dalam goa. Selain itu ada juga kamar-kamar yang diduga bekas tempat tinggal dan tempat beristirahat manusia purba dari zaman pra sejarah. Kawasan Goa Sutraregen yang juga terdapat Goa Panggung dan Goa Peteng ini berada di lokasi yang jarang dijamah manusia, walau begitu di sanalah keberadaan jejak manusia purba ditemukan. Salah satunya penemuan serpihan gerabah dan juga alat pertanian di Goa Panggung, hal ini kemudian menguatkan teori bahwa manusia purba yang mendiami goa di Pangandaran tersebut sudah mengenal pertanian.

Ada juga penemuan gigi gajah purba di Goa Peteng, para arkeolog masih melakukan penelitian. Karena adanya gigi gajah purba di goa ini bukan berarti di kawasan tersebut dulunya hidup gajah purba. Karena bisa saja adanya gigi gajah ini merupakan koleksi yang dijadikan zimat oleh manusia purba yang tinggal di Goa Peteng.


Setelah dilakukan penelitian oleh para arkeolog dari Balai Konservasi Cagar Budaya Banten, mereka kemudian menyimpulkan dari penemuan fosil di kawasan Goa Sutraregen ini, maka diduga manusia purba yang sempat hidup di sana berasal dari zaman mesolitikum. Cirinya ada pada kebiasaan manusia purba pada zaman tersebut yang selalu memilih hidup di kawasan pantai dan tinggal di goa-goa.

Manusia purba pada zaman mesolitikum juga diketahui sudah mengenal pertanian, walaupun masih dilakukan dengan cara sederhana. Mereka juga kerap berburu untuk mendapatkan bahan makanan. Maka tak heran jika di Goa Sutraregen, Goa Panggung, dan Goa Peteng ditemukan perkakas berburu yang dibuat dari batu rijang.


Pemandangan alam yang indah yang disertai dengan keunikan bebatuan stalagtit dan stalagmit di kawasan Goa Sutrareragen menjadikan goa ini pantas untuk didatangi, apalagi bagi Anda yang suka wisata menjelajah sambil mengenal sejarah kepurbakalaan. Jika bosan dengan petualangan itu-itu saja, ada baiknya Anda menjelajahi goa di Pangandaran ini untuk refreshing dan mendapatkan keseruan petualangan.



Kamu suka artikel di atas? Jika suka silakan klik bagikan pada artikel ini 

CAHYOGYA.COM - Situs Anak Muda Jogja